Senin, 18 Mei 2009

Beberapa dalil untuk para wanita

بسم الله الرحمن الرحيم

1. Kesucian

a. Najis

أَنَّ أَبِا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَبِىٌّ فَبَالَ فِى الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ * (رواه البخارى كتاب الوضوء)

Sesungguhnya Abu Huraeroh berkata, berdiri seseorang A’rob (orang desa) dan kencing di dalam masjid. Maka manusia saat itu berusaha untuk menangkapnya. Maka Rasululloh SAW bersabda kepada mereka : “membiarkanlah kalian padanya, dan menuangkanlah kalian atas kencingnya dengan satu timba air. Sebab sesungguhnya kalian itu diutus untuk memudahkan dan tidak untuk menyusahkan.” (HR. Bukhori Kitabul Wudhu’)

Penjelasan :

Hadits diatas menjelaskan bahwa air kencing itu najis dan untuk menghilangkan najisnya air kencing itu harus disiram dengan air. Karena pada saat itu masjidnya beralaskan pasir / tanah, maka air kencing disiram agar najisnya terbawa air terserap ke dalam tanah / pasir. Untuk sekarang, praktek mensucikan masjid / tempat yang alasnya tidak bisa menyerap air (keramik, ubin, marmer, dsb.), maka air kencing / najisnya dikeringkan dengan lap, kemudian lokasi najisnya dilap / dibasuh dengan kain basah yang suci sebanyak minimal tiga kali basuhan.

عَنْ عَلِىٍّ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِى بَوْلِ الرَّضِيْعِ ، يُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلاَمِ ، وَيُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ *

Dari Ali, sesungguhnya Nabi SAW bersabda mengenai kencingnya anak yang masih menyusui, “kencingnya bayi laki-laki disiram, dan kencingnya bayi perempuan dibasuh”. (HR. Ibnu Majah Kitabu Thoharoh Wa Sunnatiha)

b. Haid

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ قَالَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِى حُبَيْشٍ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّى لاَ أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ الصَّلاَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِالْحَيْضَةِ فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَاتْرُكِى الصَّلاَةَ فَإِذَا ذَهَبَ قَدْرُهَا فَاغْسِلِى عَنْكِ الدَّمَ وَصَلِّى * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Aisyah sesungguhnya dia berkata, berkata Fathimah Binti Abi Hubaisy kepada Rasululloh SAW, wahai Rasululloh! Sesungguhnya aku tidak suci (keluar darah terus menerus / istihadhoh), apakah aku meninggalkan sholat? Rasululloh SAW bersabda :”sesungguhnya demikian itu (mengeluarkan darah terus menerus / istihadhoh) adalah urat (yang terluka) dan bukanlah haid. Maka ketika hari-hari haid datang, tinggalkanlah sholat. Dan ketika kira-kiranya hari haid itu sudah pergi, basuhlah darah darimu (mandi junub), dan sholatlah. (HR. Bukhori Kitabul Haid)

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا لاَ نَعُدُّ الْكُدْرَةَ وَالصُّفْرَةَ شَيْئًا * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Ummi ‘Athiyyah, dia berkata, kami tidak menganggap kotoran dan kekuning-kuningan (darah yang kekuning-kuningan) itu sebagai haid. HR. Bukhori Kitabul Haid

Penjelasan :

Menurut hadits di atas, darah yang warnanya agak kotor dan kekuning-kuningan, yang keluar di luar masa haid itu oleh shahabat wanita pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak dianggap sebagai darah haid.

c. Mandi Junub

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم عَنْ غُسْلِهَا مِنَ الْمَحِيْضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ خُذِى فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهَّرِى بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ قَالَ تَطَهَّرِى بِهَا قَالَتْ كَيْفَ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ تَطَهَّرِى فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَىَّ فَقُلْتُ تَتَّبِعِى بِهَا أَثَرَ الدَّمِ * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Aisyah, sesungguhnya seorang perempuan bertanya kepada Nabi SAW tentang mandinya perempuan dari haid (mandi junub ketika selesai haid). Maka Nabi memerintahkan pada perempuan itu mengenai bagaimana caranya mandi junub. Nabi bersabda :”mengambillah engkau pada kain yang diolesi minyak wangi, maka bersucilah dengan kain itu”. Wanita itu berkata : bagaimana cara saya bersuci? Nabi bersabda :”bersucilah dengan kain itu”. Wanita itu berkata : bagaimana? Nabi bersabda :”Maha suci Alloh! Bersucilah”. Maka aku (Aisyah) menarik wanita itu kepadaku. Maka aku berkata : mengikutkanlah engkau dengan kain itu pada bekas darah (kemaluan). HR. Bukhori Kitabul Haid.

Penjelasan :

Praktek mandi junub bagi wanita yang baru selesai dari haid adalah sebagai berikut :

Bekas-bekas darah disucikan terlebih dahulu (bisa dengan menggunakan sabun). Kemudian cuci tangan. Setelah itu berwudhu seperti berwudhu biasa untuk sholat. Setelah itu menyela-nyelakan air ke kulit kepala sampai seluruh kulit kepala terasa segar (bagi wanita yang berambut panjang, diperbolehkan untuk tidak melepas gelungan rambutnya). Kemudian menyiram air ke kepala 3 kali cawu’an (kanan, kiri, tengah), lalu meratakan air ke seluruh tubuh.

Langkah selanjutnya adalah seperti yang dijelaskan dalam hadits di atas, yaitu mengambil kain yang telah diolesi minyak wangi, lalu mengoleskannya kepada bekas keluarnya darah (kemaluan). Hal ini untuk menghilangkan bau-bau yang kurang sedap.

2. Pakaian Wanita

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ * (رواه الترمذى)

Dari Abdillah, dari Nabi SAW, Nabi bersabda : “Perempuan itu adalah aurot, maka ketika dia keluar, setan akan menghias-hiasi padanya”. (HR. Tirmidzi)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا * رواه مسلم

Dari Abi Huraeroh, dia berkata, Rasululloh SAW bersabda : “ada dua golongan dari ahli neraka yang mana aku belum pernah melihat dua golongan ini (pada saat itu di zaman Nabi Muhammad dua golongan ini belum ada). Yaitu kaum yang bersama mereka cambuk seperti ekornya sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu (mereka adalah pengatur-pengatur yang kejam terhadap rakyatnya). Dan wanita yang berpakaian tetapi telanjang (karena tipis/ketat). Wanita yang menyimpangkan lagi menyimpang (mengajak orang lain melanggar, dan dia sendiri melanggar). Kepala mereka seperti punuknya unta yang condong (rambutnya disanggul/dimodel-model). Mereka tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya surga, padahal baunya surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun. (HR. Muslim)

3. Pergaulan

َلأَنْ يُطْعَنَ فِى رَأْسِ اَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ * رواه الطبرانى فى الكبير

Niscaya jika kepala salah satu kalian ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya (bukan mahromnya). HR. Tobroni Fil Kabir

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ يَارَسُولَ اللهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَعَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ أَبُو عِيْسَى حَدِيْثُ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَإِنَّمَا مَعْنَى كَرَاهِيَةِ الدُّخُولِ عَلَى النِّسَاءِ عَلَى نَحْوِ مَا رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْحَمْوُ يُقَالُ هُوَ أَخُو الزَّوْجِ كَأَنَّهُ كَرِهَ لَهُ أَنْ يَخْلُوَ بِهَا * رواه الترمذى

Dari Uqbah Bin ‘Amir, sesungguhnya Rasululloh SAW bersabda : “Takutlah kalian masuk atas wanita”. Maka berkata seorang laki-laki dari kaum Anshor. Wahai Rasululloh! Bagaimana pendapatmu mengenai ipar? Nabi bersabda : “Ipar itu maut (berbahaya)”.

Berkata Imam Tirmidzi : dalam bab mengenai hal ini ada hadits lain yang sumbernya dari Umar, Jabir, dan Amr Bin ’Ash. Berkata Abu ’Isa (Imam Tirmidzi) : Haditsnya Uqbah Bin ’Amir adalah hadits yang bagus dan shohih. Dan sesungguhnya makna kebenciannya masuk atas wanita adalah semisal makna hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Nabi bersabda : ”tidaklah menyepi sungguh seorang laki-laki dengan seorang wanita, kecuali yang menigainya adalah syetan”. Dan makna sabda Nabi ”Ipar itu maut”, dikatakan ipar itu adalah saudaranya suami / istri, seakan-akan Nabi benci bahwa seorang laki-laki menyepi dengan iparnya. HR. Tirmidzi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar