Rabu, 27 Mei 2009

Doa Ketika Bertempat di Suatu Tempat yang Asing dalam Perjalanan



Ketika saya membuka kitab Sunan Abu Dawud milik saya, ternyata ada tulisan doa yang saya stabillo warna kuning, beserta nomor haditsnya. Inilah kalimat doa yang sedang saya cari, doa ketika bertempat di suatu tempat yang asing.

Keinginan saya untuk mencari doa ini dalam kitab hadits yang pernah saya pelajari muncul bukan karena saya ingin bepergian, tetapi munculnya justru dalam suatu obrolan santai saya dengan seorang ustadz. ”Kamu hafal doa kalo bertempat di bumi yang sangar ga? Di hadits Abu Dawud Juz 3”. Lalu beliau melafadzkan doa yang sepertinya asing buat saya, saya seperti sama sekali belum pernah mendengarnya.

Akhirnya saya memutuskan untuk mencarinya di rumah pada malam harinya. Ternyata doa itu sudah pernah saya tandai untuk saya hafalkan dan amalkan. Itulah manusia, banyak lupanya. Astaghfirulloh!

Alhamdulillah, Alloh Yang Maha Luhur masih memberikan kesempatan bagi saya untuk mau mengkaji ulang ilmu-ilmu yang mungkin saya telah lupakan.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا سَافَرَ فَأَقْبَلَ الَّليْلُ قَالَ : يَا أَرْضُ رَبِّى وَرَبُّكِ اللهُ . أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكِ وَشَرِّ مَا فِيْكِ وَشَرِّ مَا خُلِقَ فِيْكِ ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكِ ، وَأَعُوْذُ بِاللهِ (بِكَ – بِهِ) مِنْ أَسَدٍ وَأَسْوَدٍ ، وَمِنَ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ ، وَمِنْ سَاكِنِي (سَاكِنِ) الْبَلَدِ ، وَمِنْ وَالِدٍ وَمَا وَلَدَ * رواه أبو داود كتاب الجهاد

Dari Abdillah Bin Amr, dia berkata : Rasululloh SAW itu ketika sedang bepergian, kemudian datang waktu malam, beliau berdoa : Wahai bumi, tuhanku dan tuhanmu adalah Alloh. Aku berlindung kepada Alloh dari jelekmu, dan jeleknya apa-apa yang ada di dalammu, dan jeleknya apa-apa yang diciptakan di dalammu, dan dari jeleknya apa-apa yang merayap di atasmu, dan aku berlindung kepada Alloh (kepadamu – kepada-Nya) dari macan dan yang hitam, dan dari ular dan kalajengking, dan dari yang bertempat di negeri (penguasa yang jelek), dan dari orang tua dan apa-apa yang orang tua itu beranak (jin dan keturunannya).

HR. Abu Dawud Juz 2 Hal. 379

Senin, 18 Mei 2009

Beberapa dalil untuk para wanita

بسم الله الرحمن الرحيم

1. Kesucian

a. Najis

أَنَّ أَبِا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَبِىٌّ فَبَالَ فِى الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ * (رواه البخارى كتاب الوضوء)

Sesungguhnya Abu Huraeroh berkata, berdiri seseorang A’rob (orang desa) dan kencing di dalam masjid. Maka manusia saat itu berusaha untuk menangkapnya. Maka Rasululloh SAW bersabda kepada mereka : “membiarkanlah kalian padanya, dan menuangkanlah kalian atas kencingnya dengan satu timba air. Sebab sesungguhnya kalian itu diutus untuk memudahkan dan tidak untuk menyusahkan.” (HR. Bukhori Kitabul Wudhu’)

Penjelasan :

Hadits diatas menjelaskan bahwa air kencing itu najis dan untuk menghilangkan najisnya air kencing itu harus disiram dengan air. Karena pada saat itu masjidnya beralaskan pasir / tanah, maka air kencing disiram agar najisnya terbawa air terserap ke dalam tanah / pasir. Untuk sekarang, praktek mensucikan masjid / tempat yang alasnya tidak bisa menyerap air (keramik, ubin, marmer, dsb.), maka air kencing / najisnya dikeringkan dengan lap, kemudian lokasi najisnya dilap / dibasuh dengan kain basah yang suci sebanyak minimal tiga kali basuhan.

عَنْ عَلِىٍّ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِى بَوْلِ الرَّضِيْعِ ، يُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلاَمِ ، وَيُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ *

Dari Ali, sesungguhnya Nabi SAW bersabda mengenai kencingnya anak yang masih menyusui, “kencingnya bayi laki-laki disiram, dan kencingnya bayi perempuan dibasuh”. (HR. Ibnu Majah Kitabu Thoharoh Wa Sunnatiha)

b. Haid

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ قَالَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِى حُبَيْشٍ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّى لاَ أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ الصَّلاَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِالْحَيْضَةِ فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَاتْرُكِى الصَّلاَةَ فَإِذَا ذَهَبَ قَدْرُهَا فَاغْسِلِى عَنْكِ الدَّمَ وَصَلِّى * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Aisyah sesungguhnya dia berkata, berkata Fathimah Binti Abi Hubaisy kepada Rasululloh SAW, wahai Rasululloh! Sesungguhnya aku tidak suci (keluar darah terus menerus / istihadhoh), apakah aku meninggalkan sholat? Rasululloh SAW bersabda :”sesungguhnya demikian itu (mengeluarkan darah terus menerus / istihadhoh) adalah urat (yang terluka) dan bukanlah haid. Maka ketika hari-hari haid datang, tinggalkanlah sholat. Dan ketika kira-kiranya hari haid itu sudah pergi, basuhlah darah darimu (mandi junub), dan sholatlah. (HR. Bukhori Kitabul Haid)

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا لاَ نَعُدُّ الْكُدْرَةَ وَالصُّفْرَةَ شَيْئًا * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Ummi ‘Athiyyah, dia berkata, kami tidak menganggap kotoran dan kekuning-kuningan (darah yang kekuning-kuningan) itu sebagai haid. HR. Bukhori Kitabul Haid

Penjelasan :

Menurut hadits di atas, darah yang warnanya agak kotor dan kekuning-kuningan, yang keluar di luar masa haid itu oleh shahabat wanita pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak dianggap sebagai darah haid.

c. Mandi Junub

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم عَنْ غُسْلِهَا مِنَ الْمَحِيْضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ خُذِى فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهَّرِى بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ قَالَ تَطَهَّرِى بِهَا قَالَتْ كَيْفَ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ تَطَهَّرِى فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَىَّ فَقُلْتُ تَتَّبِعِى بِهَا أَثَرَ الدَّمِ * رواه البخارى كتاب الحيض

Dari Aisyah, sesungguhnya seorang perempuan bertanya kepada Nabi SAW tentang mandinya perempuan dari haid (mandi junub ketika selesai haid). Maka Nabi memerintahkan pada perempuan itu mengenai bagaimana caranya mandi junub. Nabi bersabda :”mengambillah engkau pada kain yang diolesi minyak wangi, maka bersucilah dengan kain itu”. Wanita itu berkata : bagaimana cara saya bersuci? Nabi bersabda :”bersucilah dengan kain itu”. Wanita itu berkata : bagaimana? Nabi bersabda :”Maha suci Alloh! Bersucilah”. Maka aku (Aisyah) menarik wanita itu kepadaku. Maka aku berkata : mengikutkanlah engkau dengan kain itu pada bekas darah (kemaluan). HR. Bukhori Kitabul Haid.

Penjelasan :

Praktek mandi junub bagi wanita yang baru selesai dari haid adalah sebagai berikut :

Bekas-bekas darah disucikan terlebih dahulu (bisa dengan menggunakan sabun). Kemudian cuci tangan. Setelah itu berwudhu seperti berwudhu biasa untuk sholat. Setelah itu menyela-nyelakan air ke kulit kepala sampai seluruh kulit kepala terasa segar (bagi wanita yang berambut panjang, diperbolehkan untuk tidak melepas gelungan rambutnya). Kemudian menyiram air ke kepala 3 kali cawu’an (kanan, kiri, tengah), lalu meratakan air ke seluruh tubuh.

Langkah selanjutnya adalah seperti yang dijelaskan dalam hadits di atas, yaitu mengambil kain yang telah diolesi minyak wangi, lalu mengoleskannya kepada bekas keluarnya darah (kemaluan). Hal ini untuk menghilangkan bau-bau yang kurang sedap.

2. Pakaian Wanita

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ * (رواه الترمذى)

Dari Abdillah, dari Nabi SAW, Nabi bersabda : “Perempuan itu adalah aurot, maka ketika dia keluar, setan akan menghias-hiasi padanya”. (HR. Tirmidzi)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا * رواه مسلم

Dari Abi Huraeroh, dia berkata, Rasululloh SAW bersabda : “ada dua golongan dari ahli neraka yang mana aku belum pernah melihat dua golongan ini (pada saat itu di zaman Nabi Muhammad dua golongan ini belum ada). Yaitu kaum yang bersama mereka cambuk seperti ekornya sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu (mereka adalah pengatur-pengatur yang kejam terhadap rakyatnya). Dan wanita yang berpakaian tetapi telanjang (karena tipis/ketat). Wanita yang menyimpangkan lagi menyimpang (mengajak orang lain melanggar, dan dia sendiri melanggar). Kepala mereka seperti punuknya unta yang condong (rambutnya disanggul/dimodel-model). Mereka tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya surga, padahal baunya surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun. (HR. Muslim)

3. Pergaulan

َلأَنْ يُطْعَنَ فِى رَأْسِ اَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ * رواه الطبرانى فى الكبير

Niscaya jika kepala salah satu kalian ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya (bukan mahromnya). HR. Tobroni Fil Kabir

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ يَارَسُولَ اللهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَعَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ أَبُو عِيْسَى حَدِيْثُ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَإِنَّمَا مَعْنَى كَرَاهِيَةِ الدُّخُولِ عَلَى النِّسَاءِ عَلَى نَحْوِ مَا رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْحَمْوُ يُقَالُ هُوَ أَخُو الزَّوْجِ كَأَنَّهُ كَرِهَ لَهُ أَنْ يَخْلُوَ بِهَا * رواه الترمذى

Dari Uqbah Bin ‘Amir, sesungguhnya Rasululloh SAW bersabda : “Takutlah kalian masuk atas wanita”. Maka berkata seorang laki-laki dari kaum Anshor. Wahai Rasululloh! Bagaimana pendapatmu mengenai ipar? Nabi bersabda : “Ipar itu maut (berbahaya)”.

Berkata Imam Tirmidzi : dalam bab mengenai hal ini ada hadits lain yang sumbernya dari Umar, Jabir, dan Amr Bin ’Ash. Berkata Abu ’Isa (Imam Tirmidzi) : Haditsnya Uqbah Bin ’Amir adalah hadits yang bagus dan shohih. Dan sesungguhnya makna kebenciannya masuk atas wanita adalah semisal makna hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Nabi bersabda : ”tidaklah menyepi sungguh seorang laki-laki dengan seorang wanita, kecuali yang menigainya adalah syetan”. Dan makna sabda Nabi ”Ipar itu maut”, dikatakan ipar itu adalah saudaranya suami / istri, seakan-akan Nabi benci bahwa seorang laki-laki menyepi dengan iparnya. HR. Tirmidzi.

Bab Mengenai Kerusakan Dajjal

Bab Mengenai Kerusakan Dajjal

Dari Nawwas Ibni Sam’an Al-Kilabiyy, dia berkata : Rasululloh SAW menuturkan tentang dajjal pada suatu pagi. Maka beliau (terkadang) merendahkan dan menaikkan suaranya dalam bercerita tentang dajjal. Sehingga kami menyangka bahwa dajjal itu berada di suatu wilayah di kebun kurma.

Nawwas berkata : maka kami bubar dari sisi Rasululloh SAW, kemudian kami kembali lagi. Maka Rasululloh mengetahui demikian itu (kekhawatiran akan dajjal) terhadap diri kami. Beliau bersabda : kenapa kalian? Berkata Nawwas : kami berkata : Wahai Rasululloh! Engkau menuturkan masalah dajjal pada suatu pagi, maka engkau merendahkan dan mengangkat suaramu, sehingga kami menyangka bahwa dajjal itu berada di suatu wilayah di kebun kurma (di sekitar kita).

Rasululloh SAW bersabda : pada selain dajjal yang aku khawatirkan pada kalian. Jika dajjal itu keluar sementara aku berada di kalangan kalian, maka aku yang akan membantah dajjal melindungi kalian. Dan jika dajjal keluar dan aku tidak ada di kalangan kalian, maka tiap-tiap orang akan melindungi dirinya. Dan Alloh yang akan menjadi penggantiku (melindungi) atas tiap-tiap orang Islam. Sesungguhnya dajjal itu adalah seorang pemuda yang keriting, yang matanya meletus, yang menyerupai dengan Abdil ’Uzza Ibni Qothon. Maka barang siapa dari kalian yang melihat pada dajjal, membacalah pembukanya Surat Ashabil Kahfi (Al Kahfi : 1-10). Rasululloh SAW bersabda : Dajjal akan keluar dari daerah antara Syam dan Iraq, maka dia akan merusak ke arah kanan dan kiri, wahai hambanya Alloh menetaplah kalian! (jangan terpengaruh dajjal).

Kami berkata : Wahai Rasululloh! Berapa lamakah menetapnya dajjal di bumi? Rasululloh SAW bersabda : 40 hari, satu hari (saat itu) seperti satu tahun (saat ini), satu hari seperti satu bulan, dan satu hari seperti satu minggu. Sementara sisa-sisa hari lainnya seperti hari-hari kalian (hari-hari biasa). Berkata Nawwas, kami berkata : Wahai Rasululloh! Bagaimana dengan hari yang seperti satu tahun, apakah sholat selama satu hari itu mencukupi? Rasululloh SAW bersabda : tidak, tetapi mengira-ngiralah kalian pada waktunya sholat. Berkata Nawwas, berkata kami : Wahai Rasululloh! Maka bagaimanakah kecepatannya dajjal di muka bumi? Rasululloh SAW bersabda : seperti hujan yang digiring oleh angin (cepat sekali). Maka dajjal akan mendatangi suatu kaum, lalu dia akan mengajak mereka mengikutinya, namun mereka mendustakannya dan menolak ajakannya. Maka dajjal berpaling dari mereka, dan harta-harta mereka mengikuti dajjal. Akhirnya mereka tidak memiliki sesuatupun.

Kemudian dajjal mendatangi pada kaum, dan mengajak mereka mengikutinya. Maka mereka mengabulkan dan membenarkannya. Lalu dajjal memerintah pada langit agar hujan, maka langit pun hujan. Dajjal memerintah pada bumi untuk tumbuh, maka bumi pun tumbuh. Maka binatang-binatang mereka ahli bumi, kembali pada mereka dalam kondisi punuknya panjang, perutnya panjang, dan air susunya lancar (karena tumbuh-tumbuhan bumi sangat subur, hewan-hewan menjadi subur dan besar). Lalu dajjal mendatangi bekas kampung yang berantakan, dajjal berkata pada kampung itu : keluarkanlah simpananmu! Maka ketika dajjal berpaling dari kampung itu, simpanan-simpanan kampung itu mengikuti padanya, seperti halnya ratu-ratu lebah. Kemudian dajjal memanggil seorang pemuda yang sangat belia, lalu dia memukul pemuda itu dengan pedang dan memotongnya menjadi dua bagian. Kemudian dajjal memanggil pemuda itu, dan pemuda itu datang menghadap dengan wajah yang segar dan tertawa.

Saat keadaan seperti itu, turunlah Isa Ibni Maryam di arah timurnya Damaskus, disisi menara yang putih, mengenakan dua pakaian, dengan meletakkan kedua tangannya diatas sayap-sayapnya 2 malaikat. Ketika itu kepalanya meneteskan tetesan air. Dan ketika Isa mengangkat kepalanya, tetesan air itu berjatuhan dari kepalanya seperti mutiara. Rasululloh SAW bersabda : dan tidak ada seorangpun yang menjumpai bau nafasnya Isa kecuali dia akan mati. Dan bau nafasnya Isa itu sesampainya pandangan Isa. Rasululloh SAW bersabda : maka Isa mencari dajjal, sehingga Isa menjumpai dajjal di pintu tanah Lud, maka Isa membunuh dajjal.

Rasululloh SAW bersabda : maka Isa bertempat (di bumi) selama yang Alloh kehendaki. Rasululloh SAW bersabda : kemudian Alloh memberi wahyu kepada Isa agar ”kumpulkanlah hamba-hamba-Ku menuju gunung. Sebab Aku telah menurunkan beberapa hamba yang tiada bandingan bagi sesorangpun untuk membunuh mereka”. Rasululloh SAW bersabda : dan Alloh mengutus pada ya’juj ma’juj, dan mereka seperti yang telah Alloh firmankan (dalam Alquran) ”Dan mereka (ya’juj ma’juj) bergegas ke tiap-tiap tanah yang timbul (kuburan-kuburan yang tidak diratakan)” QS. Al-Anbiya’ : 96. Rasululloh SAW bersabda : dan golongan yang awal mereka melewati sebuah laut kecil Thobariyyah, maka mereka minum pada apa-apa yang ada di dalam danau (airnya). Kemudian lewatlah golongan yang akhir mereka, lalu berkata : niscaya sungguh telah ada air di sini (air danau sudah habis diminum oleh golongan awal ya’juj ma’juj, menandakan sangat banyak dan rakusnya mereka).

Kemudian mereka berjalan sehingga sampai di gunung di Baitul Maqdis. Maka mereka berkata : ”Nisacaya sungguh kami telah membunuh orang-orang di bumi, maka marilah! Kami akan membunuh orang-orang yang ada di langit (para malaikat)”. Maka mereka memanah dengan anak panah mereka ke langit, lalu Alloh mengembalikan anak panah atas mereka dengan berlumuran darah.

Dan Isa bin Maryam beserta sahabat-sahabatnya (orang-orang Iman pada saat itu) terkepung. Sehingga satu kepala banteng bagi salah satu mereka pada saat itu nilainya lebih baik daripada 100 dinar bagi salah satu kalian hari ini (menandakan kesusahan dan kemelaratan yang dialami Isa dan orang-orang iman saat itu lantaran terkepung oleh ya’juj ma’juj). Rasululloh SAW bersabda : maka Isa dan sahabat-sahabatnya mendekat (berdoa) kepada Alloh. Rasululloh SAW bersabda : maka Alloh mengutus ulat kepada mereka (ya’juj ma’juj) di dalam leher-leher mereka. Maka mereka semua mati serempak seperti matinya seseorang yang satu. Rasululloh SAW bersabda : maka Isa dan sahabat-sahabatnya turun dan mereka tidak menjumpai satu jengkalpun tempat di bumi kecuali telah dipenuhi oleh bangkai, bau busuk, dan darahnya ya’juj ma’juj. Rasululloh SAW bersabda : maka Isa dan sahabatnya mendekat (berdoa) kepada Alloh. Rasululloh SAW bersabda : maka Alloh mengutus atas mereka burung yang seperti lehernya unta, lalu burung-burung itu membawa dan membuang bangkai-bangkai ya’juj ma’juj di tanah Mahbil.

Lalu orang-orang Islam saat itu membakar busur, panah, dan tempat panah ya’juj ma’juj selama tujuh tahun (saking banyaknya panah-panah mereka). Dan Alloh mengutus hujan atas mereka, yang mana tiada yang bisa menutupi hujan tersebut, baik rumah yang dari kulit maupun rumah biasa. Rasululloh SAW bersabda : maka hujanpun memasuh pada bumi, dan hujan meninggalkan bumi seperti kaca (sangat bersih). Rasululloh SAW bersabda : kemudian dikatakan kepada bumi ”Keluarkanlah buah-buahanmu, dan kembalikanlah kebarokahanmu!”

Maka pada hari itu satu golongan (10 – 40 orang) makan pada 1 buah delima. Dan dapat bernaung pada kulitnya delima (karena buah delima yang sangat besar). Dan dibarokahi didalam masalah unta yang diperas susunya. Sehingga satu kelompok manusia niscaya tercukupi dari satu ekor unta perahan. Dan sesungguhnya satu Qobilah, niscaya mencukupi pada mereka satu perahan susu dari sapi. Dan sesungguhnya satu Fakhdza (sekelompok orang yang jumlahnya di bawah qobilah), niscaya mencukupi pada mereka satu perahan susu kambing.

Maka pada saat mereka dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba Alloh mengutus angin yang menggenggam pada ruhnya orang-orang iman saat itu. Dan tersisalah seluruh manusia (yang tidak iman). Mereka saling berebutan untuk bersetubuh, sebagaimana saling rebutan bersetubuhnya himar. Maka atas merekalah turunnya Qiyamat.

Ini adalah hadits yang asing, baik, dan shohih. Aku (Imam Tirmidzi) tidak mengetahui hadits ini kecuali dari hadistnya Abdirrahman Bin Yazid Bin Jabir.

HR. Tirmidzi Juz 3 Hal. 346 – 349 Abwabul Fitan

Catatan Mengenai Meringkas (Meng-Qoshor) Sholat

Firman Alloh yang Maha Luhur : ”dan ketika kalian bepergian di muka bumi, maka tidak dosa bagi kalian untuk meringkas sholat. Jika kalian khawatir bahwa orang-orang kafir akan merusak kalian. Sesungguhnya orang-orang kafir bagi kalian adalah musuh yang jelas” (QS Annisa ayat 101)

• عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ قُلْتُ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا فَقَدْ أَمِنَ النَّاسُ فَقَالَ عُمَرُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ فَسَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوْا صَدَقَتَهُ * رواه النسائى
Dari Ya’la Bin Umayyah, dia berkata : aku berkata kepada Umar Bin Khottob Laisa ’Alaikum Junahun An Taqo’shuruu Minas Sholaati In Khiftum Ay Yaftinakumul Ladziina Kafaru … , padahal saat ini manusia sungguh telah aman. Maka Umar Radhiyallohu Anhu berkata : Aku heran dari apa-apa yang engkau herankan, maka aku bertanya kepada Rasululloh SAW tentang demikian itu ayat. Maka Rasululloh SAW bersabda : (Meng-qoshor sholat itu) shodaqoh, yang mana Alloh shodaqoh atas kalian. Maka terimalah shodaqohnya Alloh. (HR. Nasa’i)

• عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتِ الصَّلاَةُ أَوَّلُ مَا فُرِضَتْ رَكْعَتَيْنِ فَأُقِرَّتْ صَلاَةُ السَّفَرِ وَأُتِمَّتْ صَلاَةُ الْحَضَرِ قَالَ الزُّهْرِىُّ فَقُلْتُ لِعُرْوَةَ مَا بَالُ عَائِشَةَ تُتِمُّ قَالَ تَأَوَّلَتْ مَا تَأَوَّلَ عُثْمَانُ * (رواه البخارى كتاب التقصير)
Dari Aisyah Radhiyallohu Anhaa, dia berkata : Adapun sholat, pertama kali diwajibkannya dua rakaat. Maka sholat dalam bepergian ditetapkan (dua rakaat), dan sholat di rumah (tidak dalam kondisi bepergian) disempurnakan (empat rakaat).
Zuhriyy Berkata : maka aku berkata kepada Urwah, apa yang dimaksud Aisyah dengan menyempurnakan? Urwah berkata : Aisyah mengartikan seperti halnya Utsman mengartikan (menyempurnakan menjadi 4 rakaat). (HR. Bukhori Kitabut Taqshir)

بَابٌ فِى كَمْ يَقْصُرُ الصَّلاَةَ وَسَمَّى النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا وَلَيْلَةً سَفَرًا وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ يَقْْصُرَانِ وَيُفْطِرَانِ فِى أَرْبَعَةِ بُرُدٍ وَهِىَ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا
Babnya didalam berapakah (jarak) sesorang meng-qoshor pada sholat. Dan Nabi SAW menyebutkan perjalanan satu hari satu malam itu adalah bepergian. Dan Ibnu Umar dan Ibnu Abbas Radhiyallohu Anhum, meringkas dan berbuka puasa ketika melakukan perjalanan sejauh 4 burud, dan yang dimaksud 4 burud itu adalah 16 pos.

Catatan :
1 Burud = 4 Pos
1 Pos = 3 Mil
1 Mil = 1,5 Km

Berarti jarak 4 Burud = 16 Pos = 48 Mil = 72 Km (Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sudah meng qoshor sholat ketika menempuh perjalanan sejauh 72 Km)

• عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ * (رواه البخارى كتاب التقصير)
Dari Ibni Umar Radhiyallohu Anhumaa, sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Tidak boleh seorang wanita itu bepergian selama tiga hari, kecuali bersama orang yang mempunyai mahrom. (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

• عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم لاَيَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ مَسِيْرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لَيْسَ مَعَهَا حُرْمَةٌ * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Dari Abi Huraeroh Radhiyallohu Anhu, dia berkata : Nabi SAW bersabda : Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Alloh dan hari akhir untuk bepergian pada perjalanan satu hari satu malam, yang mana tidak ada bersamanya mahromnya. (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

Dari hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lamanya perjalanan yang ditempuh seseorang, sehingga dia dapat dihukumi musafir adalah 3 hari atau 1 hari 1 malam. Ini jika perjalanan ditempuh dengan kendaraan yang ada pada waktu itu (unta).
Jika dikonversikan ke dalam jarak, adalah kurang lebih 90 Km.

بَابٌ يَقْصُرُ إِذَا خَرَجَ مِنْ مَوْضِعِهِ وَخَرَجَ عَلِىٌّ عَلَيهِ السَّلاَمُ فَقَصَرَ وَهُوَ يَرَى الْبُيُوْتَ فَلَمَّا رَجَعَ قِيْلَ لَهُ هَذِهِ الْكُوْفَةُ قَالَ لاَ حَتَّى نَدْخُلَهَا

Bab, seseorang meng-qoshor jika keluar dari tempatnya. Dan Ali ‘Alaihis Salaam keluar, maka beliau meng-qoshor. Sedangkan beliau melihat pada rumah. Maka ketika Ali kembali (pulang), diserukan kepadanya “ini kufah”, Ali berkata : tidak, sehingga kita masuk ke dalam daerah Kufah

• عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّيْتُ الظُّهْرَ مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم بِالْمَدِيْنَةِ أَرْبَعًا وَبِذِى الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Dari Anas Radhiyallohu Anhu, dia berkata : Aku sholat dzhuhur bersama Nabi SAW di Madinah empat rakaat, dan di Dzil Hulaifah dua rakaat (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir).

Menurut penyaksian Anas Bin Malik dalam hadits di atas, Nabi Muhammad SAW sholat dzhuhur di Madinah 4 rakaat. Lalu dalam perjalanan menuju Makkah, Nabi sholat Ashar 2 rakaat di Dzil Hulaifah (kurang lebih 6 Km dari Madinah).

Hal ini berarti jika kita dalam perjalanan yang sekiranya 90 Km keatas, jika telah menempuh kurang lebih 6 Km, maka sudah diperbolehkan untuk meng qoshor sholat.
Sementara praktek dari Shahabat Ali Bin Abi Thalib Ra adalah ketika mulai berangkat perjalanan, sementara desa asalnya masih terlihat, Ali sudah mulai meng qoshor. Sementara pada saat pulang dari perjalanan, desa asalnya (Kufah) sudah terlihat tetapi belum masuk ke dalam desa tersebut, maka sholatnya masih di qoshor.

بَابُ مَا جَاءَ فِى التَّقْصِيْرِ وَكَمْ يُقِيْمُ حَتَّى يَقْصُرَ
Babnya Apa-apa yang datang, mengenai meng-qoshor. Dan berapa lama sesorang menetap di suatu daerah sehingga dia boleh Qoshor

• عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ أَقَامَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم تِسْعَةَ عَشَرَ يَقْصُرُ فَنَحْنُ إِذَا سَافَرْنَا تِسْعَةَ عَشَرَ قَصَرْنَا وَإِنْ زِدْنَا أَتْمَمْنَا * رواه البخارى كتاب التقصير

Dari Ibni Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata : Nabi SAW menetap selama 19 hari, beliau meng-qoshor (pada sholat). Maka kami (para shahabat) ketika bepergian selama 19 hari (menetap di suatu daerah), maka kami meng-qoshor. Dan jika kami menambah (dari 19 hari), maka kami menyempurnakan (sholat-tidak qoshor) (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

• قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُوْلُ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْمَدِيْنَةِ إِلَى مَكَّةَ فَكَانَ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِيْنَةِ قُلْتُ أَقَمْتُمْ بِمَكَّةَ شَيْئًا قَالَ أَقَمْنَا بِهَا عَشْرًا * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Aku mendengar pada Anas, dia berkata : kami keluar bersama Nabi SAW dari Madinah menuju Mekkah. Maka Nabi shalat 2 rakaat, 2 rakaat (qoshor), sehingga kami kembali menuju Madinah. Aku berkata : apakah kalian menetap di Makkah? Anas berkata : Kami menetap di Makkah selama 10 hari. (HR Bukhori Kitabut Taqo’shir)

Dalam hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa maksimal lamanya seorang musafir bermukim di suatu tempat, yang mana dia boleh meng qoshor sholat adalah 19 hari. Jika dia bermukim di tempat tersebut sudah melebihi 19 hari, maka sesuai dengan penjelasan dari Ibnu Abbas, harus menyempurnakan sholatnya.

Catatan :
1) Jika seorang musafir berniat untuk bermukim di suatu tempat melebihi 19 hari, maka sejak pertama kali dia bertempat di tempat itu, harus menyempurnakan sholatnya.
Contoh :
Joko yang berasal dari Jakarta berniat silaturrahim kepada saudaranya yang ada di Surabaya 30 hari. Maka sejak hari pertama dia tiba di tempat saudaranya, dia sudah harus menyempurnakan sholatnya dan tidak boleh meng qoshor.

2) Bagi seorang musafir yang bermukim di suatu tempat, kemudian dia sholat bersama Imam sholat setempat. Maka dia harus mengikuti sholatnya Imam tersebut. Jika Imamnya sholat dzhuhur 4 rakaat maka dia makmum terhadap Imam tersebut juga 4 rakaat, tidak boleh 2 rakaat lalu salam.


بَابٌ يُصَلِّى الْمَغْرِبَ ثَلاَثًا فِى السَّفَرِ
Babnya, seseorang sholat Maghrib 3 rakaat didalam bepergian

• وَقَالَ عَبْدُ اللهِ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ يُؤَخِّرُ الْمَغْرِبَ فَيُصَلِّيْهَا ثَلاَثًا ثُمَّ يُسَلِّمُ ثُمَّ قَلَّمَا يَلْبَثُ حَتَّى يُقِيْمَ الْعِشَاءَ فَيُصَلِّيْهَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يُسَلِّمُ وَلاَ يُسَبِّحُ بَعْدَ الْعِشَاءِ حَتَّى يَقُوْمُ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Abdulloh berkata : Aku melihat Nabi SAW ketika tergesa-gesa dalam perjalanan, Beliau mengakhirkan sholat Maghrib, maka beliau shalat pada Maghrib 3 rakaat. Kemudian beliau salam. Kemudian hanya sebentar beliau diam, sehingga sholat Isya’ diqomati. Maka Nabi sholat pada Isya’ dua rakaat, kemudian salam. Dan Nabi tidak sholat sunnah sesudah Isya’ sehingga beliau berdiri (sholat) pada tengahnya malam. (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

• عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَجْمَعُ بَيْنَ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ إِذَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ سَيْرٍ وَيَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Dari Ibni Abbas Radhiyallohu Anhumaa, dia berkata : Rasululloh SAW itu mengumpulkan antara sholat Dzhuhur dan Ashar, ketika beliau berada di tengah perjalanan. Dan beliau mengumpulkan antara Maghrib dan Isya’. (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

بَابٌ يُؤَخِّرُ الظُّهْرَ إِلَى الْعَصْرِ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيْغَ الشَّمْسُ وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ مَا زَاغَتِ الشَّمْسُ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ

Bab, seseorang mengakhirkan Dzhuhur sampai Ashar, ketika dia berangkat sebelum matahari tergelincir (tengah hari). Dan ketika dia berangkat sesudah matahari tergelincir, maka dia sholat Dzhuhur, kemudian naik kendaraannya

• عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيْغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ العَصْرِ ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا فَاِنْ زَاغَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ * (رواه البخارى كتاب التقصير)

Dari Anas Bin Malik, dia berkata : Rasululloh SAW itu ketika berangkat sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan Dzhuhur sampai waktu Ashar. Kemudian beliau turun dan mengumpulkan (menjamak) antara keduanya. Maka jika matahari tergelincir sebelum beliau berangkat, beliau sholat Dzhuhur, kemudian berangkat. (HR. Bukhori Kitabut Taqo’shir)

Hadits-hadits di atas menjadi dasar hukum bahwa praktek menjamak sholat dalam perjalanan adalah Maghrib dijamak dengan Isya’ dan Dzhuhur dijamak dengan Ashar. Khusus untuk sholat Maghrib, jumlah rakaatnya tetap 3 rakaat, tidak diringkas.

Wallohu A’lamu Bis Showab
Jakarta, 18 Mei 09

Kamis, 14 Mei 2009

Doa Raja Istighfar

Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Lagi belajar bikin blog neh, postingan pertama saya coba dengan mengutip sebuah doa yang pernah diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam mushaf haditsnya (Bab doa).

Dalam matan (isi) hadits tersebut, disebutkan bahwa doa ini adalah rajanya istighfar. pengertian istighfar sendiri insya Alloh kita semua sudah mafhum, yaitu minta ampun. Minta ampun kepada Alloh Yang Maha Pengampun (Al Ghoffar) atas segala dosa dan kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Nah doa dibawah ini adalah rajanya istighfar, maksudnya kalimat istighfar yang paling pol.

Lihat saja keutamaan dari doa ini, apabila seorang mukmin membacanya pada sore hari, kemudian sebelum datang pagi dia sudah kedahuluan qodar (meninggal), maka dia wajib untuk masuk surga. Begitu juga sebaliknya jika dia membacanya pagi hari. Pengertian ini juga terdapat dalam matan hadits yang sama. Luar biasa maha pengampunnya Alloh. Kita, manusia yang notabene penuh dengan dosa dan kesalahan, selalu diberi kesempatan oleh Alloh untuk membersihkan dosa-dosa kita setiap pagi dan sore, jika mau mengamalkan doa ini.

Bunyi doanya Insya Alloh seperti ini :

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِى وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ وَأَبُوءُ إِلَيْكَ بِنْعِمَتِكَ عَلَىَّ وَاَعْتَرِفُ بِذُنُوْبِى فَاغْفِرْلِى ذُنُوْبِى إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ (رواه الترمذى كتاب الدعوات)

Ya Alloh, Engkau adalah Tuhanku. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku menetapi janji-Mu, yakin dengan janji-Mu, apa-apa yang aku mampu. Aku berlindung pada-Mu dari sejelek-jeleknya perbuatanku, dan aku kembali (taubat) kepada-Mu sebab nikmat-Mu atasku. Dan aku mengakui dosa-dosaku, sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosaku selain Engkau

(HR. Tirmidzi Kitabu Da'wat)


Jakarta, 15 Mei 2009

setetes ilmu dari luasnya samudera ilmu Alloh